Oleh: Ahmad Sadzali
Umat Islam dewasa ini tengah mengalami goncangan gejolak yang cukup dahsyat. Pergolakan politik di negara-negara Islam di Timur Tengah yang ditandai dengan revolusi di beberapa negara telah menimbulkan beragam opini publik terhadap umat Islam. Di antaranya, ada yang berusaha menyikapi revolusi Timur Tengah saat ini adalah titik tolak bangkitnya kembali peradaban Islam. Apalagi kemenangan Muhammad Mursi yang diusung oleh kelompok Islamis Ikhwanul Muslimin dalam pemilu presiden kemarin seperti membawa angin segar bagi umat Islam, khususnya di Timur Tengah.
Peradaban memang memiliki cakupan lebih luar daripada hanya sekedar negara. Artinya, peradaban Islam yang sangat diharapkan akan bangkit ini bisa menempuh dua jalan menuju kebangkitannya. Pertama, kebangkitan peradaban Islam mengiringi kebangkitan negara-negara Islam. Kedua, tidak harus menunggu negara-negara Islam itu bangkit terlebih dahulu, melainkan peradaban Islam bisa bangkit secara independen.
Namun di luar kedua opsi di atas tadi, ada hal yang sebenarnya lebih penting dan sangat dibutuhkan oleh umat Islam untuk membangun kembali peradabannya, yaitu asas pembangun peradaban itu sendiri. Sebelum kita lebih jauh bercita-cita mengembalikan kejayaan peradaban Islam, asas pembangun peradaban ini sebaiknya harus kita ketahui dan pahami terlebih dahulu.
Semua ilmuwan sepakat bahwa unsur utama pembangun peradaban adalah manusia. Peradaban tidak mungkin ada jika tidak ada manusia. Dengan demikian, individu manusia memiliki peran yang sangat penting sekali dalam suatu peradaban.
Dalam diri setiap individu manusia, pasti memiliki suatu cara pandang untuk menjalani kehidupannya. Manusia bahkan tidak bisa lepas dari cara pandang ini. Karena setiap yang kita lakukan, pada dasarnya berlandaskan dari cara pandang kita ini. Cara pandang inilah yang sering disebut dengan framework atau worldview.
Worldview biasanya diartikan sebagai pandangan hidup atau filsafat hidup atau prinsip hidup. Dalam tradisi Islam klasik, terma khusus untuk pengertian worldview ini memang belum ada. Namun meski demikian bukan berarti para ulama dahulu tidak memiliki asas yang sistematik untuk memahami suatu realitas. Baru pada abad ke-20, para ulama mulai menggunakan terma khusus untuk pengertian worldview ini, meskipun berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Sejarah mencatat, berkembangnya peradaban Islam sampai selanjutnya mencapai puncak kejayaan ditandai dengan lahirnya ilmu-ilmu dalam Islam. Lahirnya ilmu dalam Islam itu tidak serta merta ada sebelum didahuli oleh tradisi keilmuan yang kuat. Tradisi keilmuan ini bisa berkembang lantaran dilandasi oleh worldview Islam yang mengakar pada setiap individu pelaku intelektual. Dengan demikian tradisi keilmuan tidak lantas menggerogoti ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw.
Terbentuknya worldview Islam ini tidak dapat terpisahkan dari kandungan Al-Qur’an dan Sunnah yang menjadi landasan utamanya. Turunnya wahyu yang dalam hal ini Al-Qur’an dan Sunnah serta lahirnya worldview Islam, menjadi bagian utama sebab lahirnya ilmu dalam Islam. Dengan kelahiran ilmu dan perkembangannya ini, selanjutnya menandai kegemilangan peradaban Islam.
Konsep worldview Islam dibangun atas pendekatan tauhidi, tanpa adanya dikotomi. Ini sejalan dengan asas yang membangun peradaban Islam. Asas bangunan peradaban Islam adalah tidak adanya dikotomi antara agama dengan kehidupan. Begitu juga kemajuan dalam peradaban Islam, tidak ada dikotomi antara kemajuan maknawi seperti akhlak, abad dan nilai-nilai yang menjadi bagian dari agama dan syariat Islam itu sendiri, dengan kemajuan fisik atau materi seperti halnya fasilitas-fasilitas yang dapat mempermudah kehidupan manusia.
Ada beberapa asas perdaban Islam yang perlu kita jelaskan. Pertama, dari segi bangunan individu Muslim. Individu Muslim menjadi asas pertama dalam membangun peradaban Islam. Ini akan dapat tercapai jika adanya keseimbangan di antara sisi materi dan ruhani dalam diri setiap individu Muslim. Dari setiap individu inilah nantinya terlahir sebuah pola kehidupan yang seimbang pula antara materi dan ruhani. Sebagai contoh, setiap Muslim berkewajiban untuk selalu menyuruh kepada kebaikan dan menjauhi keburukan.
Kedua, adanya bangunan komunitas yang seimbang. Komunitas yang seimbang ini hanya dapat diciptakan dari kumpulan individu yang memiliki keseimbangan antara materi dan ruhani. Dalam komunitas yang seimbang inilah hak dan kewajiban setiap individu akan diperhatikan dan dijunjung tinggi. Jika antara hak dan kewajiban dalam komunitas ini juga bisa mencapai keseimbangan, maka darinya akan lahir kebaikan-kebaikan dalam kehidupan manusia.
Ketiga, pentingnya menempatkan ilmu dalam posisi yang spesial dan penerapannya dalam perbuatan yang bermanfaat. Ilmu yang dianjurkan oleh agama Islam adalah ilmu yang komprehensif, mencakup ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum atau materi. Namun terdapat syarat yang menjadikan dianjurkannya pendalaman ilmu-ilmu tersebut, yaitu syarat manfaat. Standar yang digunakan dalam manfaat ini adalah kemaslahatan umat dan untuk menegakkan agama Islam.
Keempat, penanaman nilai-nilai kemajuan peradaban. Salah satu yang terpenting dalam bangunan peradaban Islam adalah penetapan sistem nilai-nilai yang mempengaruhi kehidupan manusia serta tingkah lakunya. Dalam hal ini, sangat jelas sekali fungsi agama dalam kehidupan manusia. Dalam agama Islam, firman Allah dan Sunnah Rasul menjadi pegangan utama untuk membedakan antara kebaikan dan keburukan, sesuatu yang boleh dan haram, dan lain sebagainya.
Dari keempat asas yang membangun peradaban Islam tadi, semuanya tidak terlepas dari konsep worldview Islam yang melalui pendekatan tauhidi. Peradaban Islam memang tidak dapat dipisahkan dari konsep tauhid yang ada dalam Islam itu sendiri. Konsep tauhid ini merupakan cara pandang yang utuh yang tanpa dikotomi dalam memandang sesuatu. Inilah yang menjadi asas utama pembentuk peradaban Islam. Wallahu’alam. []
Umat Islam dewasa ini tengah mengalami goncangan gejolak yang cukup dahsyat. Pergolakan politik di negara-negara Islam di Timur Tengah yang ditandai dengan revolusi di beberapa negara telah menimbulkan beragam opini publik terhadap umat Islam. Di antaranya, ada yang berusaha menyikapi revolusi Timur Tengah saat ini adalah titik tolak bangkitnya kembali peradaban Islam. Apalagi kemenangan Muhammad Mursi yang diusung oleh kelompok Islamis Ikhwanul Muslimin dalam pemilu presiden kemarin seperti membawa angin segar bagi umat Islam, khususnya di Timur Tengah.
Peradaban memang memiliki cakupan lebih luar daripada hanya sekedar negara. Artinya, peradaban Islam yang sangat diharapkan akan bangkit ini bisa menempuh dua jalan menuju kebangkitannya. Pertama, kebangkitan peradaban Islam mengiringi kebangkitan negara-negara Islam. Kedua, tidak harus menunggu negara-negara Islam itu bangkit terlebih dahulu, melainkan peradaban Islam bisa bangkit secara independen.
Namun di luar kedua opsi di atas tadi, ada hal yang sebenarnya lebih penting dan sangat dibutuhkan oleh umat Islam untuk membangun kembali peradabannya, yaitu asas pembangun peradaban itu sendiri. Sebelum kita lebih jauh bercita-cita mengembalikan kejayaan peradaban Islam, asas pembangun peradaban ini sebaiknya harus kita ketahui dan pahami terlebih dahulu.
Semua ilmuwan sepakat bahwa unsur utama pembangun peradaban adalah manusia. Peradaban tidak mungkin ada jika tidak ada manusia. Dengan demikian, individu manusia memiliki peran yang sangat penting sekali dalam suatu peradaban.
Dalam diri setiap individu manusia, pasti memiliki suatu cara pandang untuk menjalani kehidupannya. Manusia bahkan tidak bisa lepas dari cara pandang ini. Karena setiap yang kita lakukan, pada dasarnya berlandaskan dari cara pandang kita ini. Cara pandang inilah yang sering disebut dengan framework atau worldview.
Worldview biasanya diartikan sebagai pandangan hidup atau filsafat hidup atau prinsip hidup. Dalam tradisi Islam klasik, terma khusus untuk pengertian worldview ini memang belum ada. Namun meski demikian bukan berarti para ulama dahulu tidak memiliki asas yang sistematik untuk memahami suatu realitas. Baru pada abad ke-20, para ulama mulai menggunakan terma khusus untuk pengertian worldview ini, meskipun berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Sejarah mencatat, berkembangnya peradaban Islam sampai selanjutnya mencapai puncak kejayaan ditandai dengan lahirnya ilmu-ilmu dalam Islam. Lahirnya ilmu dalam Islam itu tidak serta merta ada sebelum didahuli oleh tradisi keilmuan yang kuat. Tradisi keilmuan ini bisa berkembang lantaran dilandasi oleh worldview Islam yang mengakar pada setiap individu pelaku intelektual. Dengan demikian tradisi keilmuan tidak lantas menggerogoti ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw.
Terbentuknya worldview Islam ini tidak dapat terpisahkan dari kandungan Al-Qur’an dan Sunnah yang menjadi landasan utamanya. Turunnya wahyu yang dalam hal ini Al-Qur’an dan Sunnah serta lahirnya worldview Islam, menjadi bagian utama sebab lahirnya ilmu dalam Islam. Dengan kelahiran ilmu dan perkembangannya ini, selanjutnya menandai kegemilangan peradaban Islam.
Konsep worldview Islam dibangun atas pendekatan tauhidi, tanpa adanya dikotomi. Ini sejalan dengan asas yang membangun peradaban Islam. Asas bangunan peradaban Islam adalah tidak adanya dikotomi antara agama dengan kehidupan. Begitu juga kemajuan dalam peradaban Islam, tidak ada dikotomi antara kemajuan maknawi seperti akhlak, abad dan nilai-nilai yang menjadi bagian dari agama dan syariat Islam itu sendiri, dengan kemajuan fisik atau materi seperti halnya fasilitas-fasilitas yang dapat mempermudah kehidupan manusia.
Ada beberapa asas perdaban Islam yang perlu kita jelaskan. Pertama, dari segi bangunan individu Muslim. Individu Muslim menjadi asas pertama dalam membangun peradaban Islam. Ini akan dapat tercapai jika adanya keseimbangan di antara sisi materi dan ruhani dalam diri setiap individu Muslim. Dari setiap individu inilah nantinya terlahir sebuah pola kehidupan yang seimbang pula antara materi dan ruhani. Sebagai contoh, setiap Muslim berkewajiban untuk selalu menyuruh kepada kebaikan dan menjauhi keburukan.
Kedua, adanya bangunan komunitas yang seimbang. Komunitas yang seimbang ini hanya dapat diciptakan dari kumpulan individu yang memiliki keseimbangan antara materi dan ruhani. Dalam komunitas yang seimbang inilah hak dan kewajiban setiap individu akan diperhatikan dan dijunjung tinggi. Jika antara hak dan kewajiban dalam komunitas ini juga bisa mencapai keseimbangan, maka darinya akan lahir kebaikan-kebaikan dalam kehidupan manusia.
Ketiga, pentingnya menempatkan ilmu dalam posisi yang spesial dan penerapannya dalam perbuatan yang bermanfaat. Ilmu yang dianjurkan oleh agama Islam adalah ilmu yang komprehensif, mencakup ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum atau materi. Namun terdapat syarat yang menjadikan dianjurkannya pendalaman ilmu-ilmu tersebut, yaitu syarat manfaat. Standar yang digunakan dalam manfaat ini adalah kemaslahatan umat dan untuk menegakkan agama Islam.
Keempat, penanaman nilai-nilai kemajuan peradaban. Salah satu yang terpenting dalam bangunan peradaban Islam adalah penetapan sistem nilai-nilai yang mempengaruhi kehidupan manusia serta tingkah lakunya. Dalam hal ini, sangat jelas sekali fungsi agama dalam kehidupan manusia. Dalam agama Islam, firman Allah dan Sunnah Rasul menjadi pegangan utama untuk membedakan antara kebaikan dan keburukan, sesuatu yang boleh dan haram, dan lain sebagainya.
Dari keempat asas yang membangun peradaban Islam tadi, semuanya tidak terlepas dari konsep worldview Islam yang melalui pendekatan tauhidi. Peradaban Islam memang tidak dapat dipisahkan dari konsep tauhid yang ada dalam Islam itu sendiri. Konsep tauhid ini merupakan cara pandang yang utuh yang tanpa dikotomi dalam memandang sesuatu. Inilah yang menjadi asas utama pembentuk peradaban Islam. Wallahu’alam. []
0 comments:
Post a Comment